Toleransi Risiko 101: Termasuk Tipe Lender Apakah Saya?

Setelah mengetahui hubungan antara grade pinjaman dengan toleransi risiko dalam peer-to-peer (P2P) lending untuk mengidentifikasi toleransi risiko khususnya dalam berinvestasi di P2P lending platform seperti Investree (kalau belum, baca artikelnya di sini), kini saatnya Anda untuk menentukan termasuk tipe lender apakah Anda. Untuk memperjelas gagasan toleransi risiko ini, Investree menciptakan 4 (empat) persona lender, masing-masing dengan toleransi risiko P2P lending yang berbeda. Kira-kira Anda mirip dengan karakteristik lender yang mana, ya?

Catatan: Nilai pinjaman yang dipilih oleh tokoh-tokoh di bawah ini hanya merupakan generalisasi. Alokasi versi Anda bisa jadi berbeda.

 Krishna dari Jogjakarta: Lebih baik tidak berinvestasi

Krishna dan kekasihnya baru saja bertunangan dan berencana untuk melangsungkan pernikahan beberapa bulan ke depan. Mereka pun tidak akan menunda momongan karena orang tua dari keduanya sudah tidak sabar ingin menimang cucu. Untuk keperluan acara tunangan sebelumnya, Krishna masih mempunyai utang cicilan kredit karena membayar cincin tunangannya dengan Mastercard. Jauh menilik ke belakang, Krishna ternyata masih harus melunasi pinjaman untuk biaya kuliahnya dengan bunga 7% per bulan. Jika dijumlahkan secara keseluruhan, Krishna terbelit utang hampir Rp 100 juta tanpa memiliki tabungan. Ouch! Dia baru saja mendengar berita tentang berinvestasi di P2P lending platform dan berkata pada tunangannya bahwa dia tertarik untuk mencoba.

Dari karakteristik yang disebutkan di atas, Investree menyarankan Krishna untuk tidak berinvestasi P2P lending terlabih dahulu. Memang, sih, Krishna tetap bekerja setiap harinya untuk mencicil utang yang dia miliki, tapi hal itu membutuhkan usaha yang sangat keras. Pertama-tama, dia perlu memperbaiki situasi keuangan dan sosialnya agar menjadi lebih stabil, membayar semua utang-utangnya, dan menabung untuk dana darurat. Setelah Krishna sudah bisa menyisihkan sebagian pemasukannya untuk memenuhi ketiga kewajiban tersebut, barulah dia siap berinvestasi di P2P lending platform.

 Hartono Tan dari Surabaya: Lender risiko rendah

Hartono adalah pensiunan arsitek yang dulunya sering membangun gedung perkantoran. Umurnya 70 tahun. Melalui penganggaran yang cerdas, Hartono telah berhasil mengumpulkan dana pensiun yang cukup untuk diri dan istrinya. Sebagai seorang family man, dia sangat senang menghabiskan waktu bersama cucu-cucunya, memancing, dan merokok dengan cerutu mahal, namun tetap berprinsip hati-hati dalam menggunakan uang bila ingin bahagia selama hari tua. Dia baru saja membaca artikel tentang investasi P2P lending di koran dan sedang mempertimbangan membuka akun di salah satu platform.

Karena usia dan situasinya, Hartono memiliki toleransi risiko yang rendah. Jika dia kehilangan sebagian atau seluruh uang yang diinvestasikannya, dia hampir tidak mempunyai kemampuan untuk kembali bekerja dan menghasilkan uang. Oleh sebab itu, Investree menyarankan Hartono untuk mengalokasikan dengan aman investasinya di P2P lending platform dengan memilih pinjaman ber-grade kisaran A-B. Hal ini berfungsi untuk lebih melindungi Hartono dan asetnya apabila terjadi ketidakstabilan maupun krisis ekonomi di Indonesia.

 Anita dari Medan: Lender risiko menengah/medium

Sebagai seorang karyawan di perusahaan internasional, penilaian kinerja Anita terus meningkat sejak tahun pertama dia bergabung menjadi bagian dari kantornya. Setelah memiliki dua anak laki-laki, Anita masih tetap bekerja di usianya yang menginjak 36 tahun demi mengejar cita-citanya sebagai wanita karier. Profil Anita dan suaminya yang berpenghasilan berhasil mengantarkan mereka pada fase hidup tanpa utang kecuali hipotek dan bersama-sama menghasilkan lebih dari Rp 1 miliar per tahun. Di samping menabung untuk menyekolahkan anak-anak mereka di luar negeri serta membayar cicilan kartu kredit setiap bulan, situasi memungkinkan Anita dan suaminya untuk menginvestasikan Rp 200 juta dari tabungan mereka ke P2P lending platform yang disebutkan dalam talk show radio favorit mereka bulan lalu.

Anita dapat menjadi contoh seorang lender dengan tingkat toleransi risiko menengah. Meskipun dia dan suaminya memiliki banyak tanggung jawab untuk mengelola keuangan demi mempersiapkan masa depan anak-anaknya, gaji yang sehat dan usia yang relatif muda memungkinkan mereka untuk mengalokasikan investasi di P2P lending platform secara lebih luas di banyak grade. Kondisi tersebut bisa mereka manfaatkan untuk menikmati investasi berbagai jenis pinjaman dengan grade terrendah hingga tertinggi.

 Winky dari Jakarta: Lender risiko tinggi

Kalau Anda pernah menyewa yacht dan berlayar dari titik labuh terkenal seperti Marina Nongsa atau Marina Amed, Anda mungkin sempat melihat Winky meski hanya sekilas di belakang tempat yacht Anda bersandar. Lima tahun yang lalu, bakat pemrograman komputernya mendapatkan perhatian khusus dari layanan persewaan yacht terbesar di Indonesia, dan sekarang Winky mengelola puluhan yacht, memprogram berbagai layar sentuh di dalam yacht-yacht tersebut untuk bermain game, memutar musik, dan mengoperasikan hiburan lainnya. Winky berusia 28 tahun tanpa tanggungan istri dan anak atau utang dan punya banyak tabungan. Pendapatan per tahunnya sebesar Rp 750 juta dan baru saja mendengar tentang P2P lending dari seorang teman.

Karena usianya yang muda, pendapatan yang cukup baik, dan pengeluaran yang tidak begitu besar, toleransi risiko Winky lebih tinggi daripada kebanyakan lender. Apabila Winky menginvestasikan uangnya sebesar Rp 100 juta di P2P lending platform yang memperoleh ROI negatif, hal itu tidak akan menjadi kemunduran berarti bagi dirinya karena tujuan Winky memang mencari return yang setinggi-tingginya. Tapi… jika Winky mengalami kerugian berkali-kali di pinjaman ber-grade C, itu artinya Winky harus belajar untuk mulai berinvestasi secara aman di pinjaman ber-grade A dan B agar tak kehilangan seluruh asetnya.